Paroki Alam Sutera - Gereja Santo Laurensius
Pengurus Baru Putra Altar dan Putri Sakristi
Periode 2021 - 2022
PUTRA ALTAR
Ketua : Natanael Geoffrey Budiman
Wakil Ketua Bidang Liturgi : Jerry Nathanael Sugito
Wakil Ketua Bidang non-Liturgi : Kevin Zasli
Sekretaris : Matthew Allison Kurniawan & Mateo Rafe Winarta
Tim Pelatih : Padua Randu Alasjati, Stanislaus Farrel Kumalaputra, Hans Widjaya, & Vincentius Jonathan
Humas : Samuel Yudhistira, Abraham Raphael Fernando Suwarto, Stephanus Farrel, Rafael Justin Rattu
Youtube : -
Koordinator PJ Kelompok : Ryu Jonathan
Penanggung Jawab Kelompok (PJ) :
1.Stefanus Farel Dwirantoro
2.Abraham Raphael Fernando Suwarto
3.Hans Widjaya
4.Vincentius Jonathan
5.Mateo Rafe Winarta
PUTRI SAKRISTI
Ketua : Alexandra Eva Paschalia Maharani
Wakil Ketua Bidang Liturgi : Claudia Paskalia Koesno
Wakil Ketua Bidang non-Liturgi : Foebe Gavrilla Pratidina Rompies
Sekretaris 1 : Nikita Angela
Sekretaris 2 : Felicia Jocelyn
Tim Pelatih : Giacinta Pavita Dita Awina & Emily Anastasia Susetio
Humas : Odilia Nasya Jonesy & Gianna Gwen Sutanto
Koordinator PJ Kelompok : Agnes Valerie
Penanggung Jawab Kelompok (PJ) :
1.RR. Francesca Florean
2.Kezia Candra
3.Calista Gabrielle Purwadi
4.Mary Laurencia Ursula
5.Agnes Aurelia Carissa
PENDAMPING PAPS
Pastor Pendamping : Sridanto Aribowo, Pr.
Koordinator Pendamping : Yohanes Jonny
Wakil Liturgi : Widdiana Anggatjahja
Pendamping Liturgi :Rainer Wiria
Wakil Non-Liturgi : Cincin
Pendamping Non-Liturgi : Angeline Dea
Sekretaris : Fransiska Indriani
Humas : Fenny Wijaya
Bendahara : Ernawan Purnama
Pengurus Baru Putra Altar dan Putri Sakristi
Periode 2021 - 2022
PUTRA ALTAR
Ketua : Natanael Geoffrey Budiman
Wakil Ketua Bidang Liturgi : Jerry Nathanael Sugito
Wakil Ketua Bidang non-Liturgi : Kevin Zasli
Sekretaris : Matthew Allison Kurniawan & Mateo Rafe Winarta
Tim Pelatih : Padua Randu Alasjati, Stanislaus Farrel Kumalaputra, Hans Widjaya, & Vincentius Jonathan
Humas : Samuel Yudhistira, Abraham Raphael Fernando Suwarto, Stephanus Farrel, Rafael Justin Rattu
Youtube : -
Koordinator PJ Kelompok : Ryu Jonathan
Penanggung Jawab Kelompok (PJ) :
1.Stefanus Farel Dwirantoro
2.Abraham Raphael Fernando Suwarto
3.Hans Widjaya
4.Vincentius Jonathan
5.Mateo Rafe Winarta
PUTRI SAKRISTI
Ketua : Alexandra Eva Paschalia Maharani
Wakil Ketua Bidang Liturgi : Claudia Paskalia Koesno
Wakil Ketua Bidang non-Liturgi : Foebe Gavrilla Pratidina Rompies
Sekretaris 1 : Nikita Angela
Sekretaris 2 : Felicia Jocelyn
Tim Pelatih : Giacinta Pavita Dita Awina & Emily Anastasia Susetio
Humas : Odilia Nasya Jonesy & Gianna Gwen Sutanto
Koordinator PJ Kelompok : Agnes Valerie
Penanggung Jawab Kelompok (PJ) :
1.RR. Francesca Florean
2.Kezia Candra
3.Calista Gabrielle Purwadi
4.Mary Laurencia Ursula
5.Agnes Aurelia Carissa
PENDAMPING PAPS
Pastor Pendamping : Sridanto Aribowo, Pr.
Koordinator Pendamping : Yohanes Jonny
Wakil Liturgi : Widdiana Anggatjahja
Pendamping Liturgi :Rainer Wiria
Wakil Non-Liturgi : Cincin
Pendamping Non-Liturgi : Angeline Dea
Sekretaris : Fransiska Indriani
Humas : Fenny Wijaya
Bendahara : Ernawan Purnama
MIMPI
oleh Andika Suryaputra
Seminaris - mantan Putra Altar Paroki St. Laurensius
Andika Suryaputra

"Acapkali panggilan digadang-gadang sebagai sesuatu yang abstrak, langka, aneh, sulit dijangkau, dan sampai berdampak rumit. Anggapan ini mau tidak mau mengakibatkan munculnya penggambaran panggilan yang seolah-olah menjadi “terasing”. Namun, sejatinya apakah benar anggapan yang mengelilingi khalayak umum ini?"
Pertama-tama perlu kita sadari kembali, sebagai manusia beriman kita diciptakan di dunia dengan misi dasar yang jelas: untuk memuji, mengabdi, dan menghormati Allah, dan dengan itu menyelamatkan jiwa sesama manusia. Dengan kata lain, kita dipanggil untuk mengejar, meraih, dan mencapai tujuan yang mana terutama bagi Allah, dengan dan lewat sesama kita manusia. Tentu secara nyata rasa-rasanya tidak mudah untuk mengejarnya, mengingat di zaman yang semakin berkembang ini godaan duniawi mengalir dengan begitu deras. Benar apabila kita memandang hal inilah yang menghambat niat kita untuk maju dan mengabdi.
Pertama-tama perlu kita sadari kembali, sebagai manusia beriman kita diciptakan di dunia dengan misi dasar yang jelas: untuk memuji, mengabdi, dan menghormati Allah, dan dengan itu menyelamatkan jiwa sesama manusia. Dengan kata lain, kita dipanggil untuk mengejar, meraih, dan mencapai tujuan yang mana terutama bagi Allah, dengan dan lewat sesama kita manusia. Tentu secara nyata rasa-rasanya tidak mudah untuk mengejarnya, mengingat di zaman yang semakin berkembang ini godaan duniawi mengalir dengan begitu deras. Benar apabila kita memandang hal inilah yang menghambat niat kita untuk maju dan mengabdi.
Akan tetapi, syukurlah bahwa Allah telah memilih kita. Sebagaimana dengan Allah memanggil kita di ladang pelayanan yang beragam, kita dikaruniai-Nya mimpi (harapan selalu tumbuh dalam diri kita, sehingga kita mempunyai yang namanya “cita-cita”, bukan?). Mimpi itu baik sejauh memiliki dasar tujuan diutusnya kita sebagai orang beriman. Sekali lagi: kita diciptakan untuk memuji, mengabdi, dan menghormati Allah, dan dengan itu menyelamatkan jiwa sesama manusia. Sadarlah, Allah mendengar mimpi kita, Allah mengetahuinya! Betapa beruntungnya kita!
Berani menjawab panggilan-Nya merupakan bukti nyata tanggung jawab setiap orang beriman. Panggilan yang perlu kita kenali ini tidak harus berupa seperti yang dialami Samuel kecil yang secara langsung dipanggil oleh Allah sebanyak tiga kali. Kita tidak perlu menggambarkan panggilan Allah baru apabila kita mendengar suara bisikan yang memanggil nama kita ketika tertidur dan bermimpi. Allah memanggil kita secara lembut, menjelma dalam batin, dan bahkan ketika kita menjalani hidup sehari-hari. Lebih istimewa lagi, Ia berbicara sesuai dengan kemampuan pada usia kita masing-masing. Sederhana namun mengena.
Bukan persoalan apabila kita ditempatkan oleh Allah di tempat yang unik (yang mungkin pada awalnya belum tentu kita kehendaki). Entah mengapa saya begitu yakin bahwa Allah selalu mengetahui apa yang paling baik untuk kita. Bukan menjadi persoalan pula apabila rencana-rencana yang telah kita buat dengan begitu matang dan penuh pertimbangan tidak terwujud sesuai dengan harapan atau mimpi kita. Sebab, percayalah, Allah tidak habis-habisnya mempunyai jalan yang terbaik bagi kita!
Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa panggilan (khususnya untuk menjadi imam) adalah rahmat sekaligus misteri. Dikatakan rahmat karena Allah dengan istimewa memanggil dan memilih kita secara cuma-cuma. Betapa murah hatinya Allah! Maka, apakah patut apabila kita masih takut untuk menjawab panggilan-Nya? Apakah layak apabila kita masih memiliki mimpi yang menjauhkan kita dari panggilan-Nya?
Misteri, begitu dikatakan pula, karena tidak seorangpun dapat menjelaskannya dengan sangat logis, sangat memuaskan dan dengan tingkat kebenaran yang absolut/mutlak sehingga masih perlu untuk didalami. Akan tetapi, kita, sesuai tahapan usia yang kita jalani, dapat mengenalinya perlahan-lahan dalam kehidupan sehari-hari. Begitulah istimewanya! Tentu akan lebih mudah apabila kita mempunyai relasi kasih yang semakin dekat dengan Allah sendiri, Yang Maha Pengasih.
Pada awalnya, melayani orang lain dengan cara yang khusus hanya merupakan mimpi bagi saya. Mimpi untuk mengabdi Kristus selalu bergelora dengan tersembunyi dalam diri. Maka, salahkah kita mempunyai mimpi (untuk menggapai bintang sekalipun)?
Mimpi ini menghantarkan saya untuk berani memutuskan jalan hidup baru. Pada tahun 2014, saya menginjakkan kaki pertama kali di kawah candradimuka, bumi Mertoyudan. Adanya keputusan bahwa saya berhak “diterima” di sekolah calon imam ini bukan semata-mata karena kemampuan saya, melainkan terutama karena pilihan jalan inilah yang telah Allah kehendaki. Allah menaruh kita di tempat yang dipilih-Nya, dan dengan itu kita diharapkan dapat menabur benih kemuliaan-Nya dengan lebih giat. Maka dari itu, benar bahwa untuk mengabdi Kristus, tidak perlu menunggu atau “mengharuskan diri” masuk ke sekolah calon imam terlebih dahulu. Di tempat kalian berada, di situlah terdapat anugerah Allah yang terbesar. Praktis, kesempatan untuk melayani Allah tetap terbuka lebar! Lagi, betapa beruntungnya kita!
Akan tetapi, ingatlah bahwa di antara kita, Allah telah memilih.
Saya sungguh merasa bahwa dengan memasuki sekolah calon imam, saya mendapatkan banyak sekali nilai baru yang patut untuk disyukuri dan sungguh sayang untuk dilupakan (dengan menulis refleksi setiap malam, semua terangkum dengan rapi dan dapat dimaknai sewaktu-waktu. Suatu peristiwa tidak hilang dan terlewat begitu saja!). Betul apabila banyak orang berpendapat, bahwa dengan masuk seminari – yang notabene juga adalah asrama, berarti seseorang pasti akan mengalami kekurangan dan kehilangan berbagai hal yang menyenangkan. Akan tetapi, justru karena kekurangan dan kehilangan inilah saya mendapatkan sesuatu. Bangun setiap hari ketika matahari masih malu untuk menampakkan dirinya (baca: pukul 04.45), merayakan Ekaristi setiap pagi ketika banyak orang sibuk mempersiapkan diri atau masih terlelap dalam tidur (baca: pukul 05.30), menulis refleksi harian setiap malam ketika orang sudah lelah menjalani aktivitas sepanjang hari itu (baca: pukul 22.30), adalah sebagian kecil contoh rutinitas yang secara jujur begitu membentuk pribadi saya.
Mungkin saya belum begitu bisa menghargai nilai kemurnian dalam persaudaraan sebaya apabila masih selalu senang memegang gadget. Justru ketika tiada gadget (seminari mempunyai aturan tidak boleh membawa dan menggunakan handphone), pertemuan dengan orang lain terasa lebih bermakna dan bernilai. Saya menjadi lebih mengenal diri saya dan belajar memahami diri teman-teman saya. Saya dapat lebih berani mengekspresikan diri apa adanya tanpa mengecualikan dukungan dan saran banyak orang di sekeliling saya. Murni, asli, dan mengesan.
Waktu luang pun sangat terbatas. Dahulu saya bisa mengatur diri dengan bebas: kapan mau makan, belajar (juga sampai larut malam), bermain, dan beristirahat; bahkan kapan saya mau belajar sambil bermain, makan sambil belajar, dan belajar sambil bermain. Sekarang, segalanya teratur dengan waktu. Dengan kata lain, saya tidak boleh makan atau beristirahat pada jam belajar (baca: studi), nyambi belajar pada waktunya menyantap hidangan makanan di refter (refter merupakan kependekan dari istilah bahasa Latin untuk menamakan ruang makan: refectorium), dan belajar hingga larut malam karena sudah harus tidur di dormit (dormit merupakan singkatan kata untuk menamakan ruang tidur: dormitorium, juga dari istilah Latin). Saya belajar fokus. Saya belajar untuk melawan godaan melakukan satu-dua hal yang kurang penting walau menyenangkan dengan beraskese (mengerasi diri). Lagi-lagi, inilah yang secara konkret membentuk diri saya.
Pilihan selalu ada. Mengalami masa formatio di seminari betul-betul mengajarkan saya untuk berani memilih: ketika tugas-tugas, baik sekolah maupun asrama menumpuk (mis: membuat presentasi, menyelesaikan sebuah tulisan, dan menghafal vocab bahasa Inggris, Latin, dan Jawa) sedangkan cucian juga sedang menumpuk dan belum membuat buku keuangan, saya harus dengan jeli dan tekun memilih apa yang akan saya lakukan pada waktu luang (di seminari, lebih dikenal dengan istilah bahasa Latin: tempus liberum – kerap disingkat menjadi TL, yang artinya waktu bebas); merencanakan apa yang ingin saya lakukan ketika ada kesempatan mengecap dan menjelajah dunia luar seminari (kesempatan ini dinamakan ambulasi, berasal dari kata Latin: ambulare, yang berarti berjalan-jalan) yang hanya sebanyak dua jam tiap minggu; dan berbagai bentuk pertimbangan lainnya. Secara otomatis saya belajar untuk memilih dan mendahulukan sesuatu yang penting. Praktis, dampaknya adalah sikap mengembangkan diri dengan disiplin terhadap waktu terus terbangun.
Ketika bosan, mungkin hanya buku-buku yang menjadi sarana “pelarian”. Budaya membaca terbentuk dengan adanya waktu dan kesempatan yang sangat luas untuk membaca, baik di kelas, perpustakaan, ataupun ruang rekreasi sekalipun. Mulai masuk seminari, saya baru memahami betapa serunya berpikir dan menulis sejak terbentuk habitus membaca. Saya menjadi selalu tergoda untuk melahap bermacam jenis buku.
Pada akhirnya, demikian hanyalah serpihan-serpihan kecil hingga saya bisa mengatakan bahwa tempat pendidikan calon imam merupakan tempat yang sungguh berarti bagi saya. Sekali lagi, Allah menaruh kita di tempat di mana kita dapat menghasilkan buah yang berlimpah bagi kerajaan-Nya.
Mimpi untuk melayani tidak akan berakhir. Tidak bisa ditolak bahwa kecintaan saya akan panggilan salah satunya tumbuh dari pelayanan saya sebagai misdinar di paroki. Saya mulai mencintai dan bermimpi untuk melayani, demi Allah dengan membantu Imam baik dalam perayaan Ekaristi maupun di luar Ekaristi.
Sungguh bersyukur kita, kaum muda yang memiliki iman akan Kristus, memiliki kesempatan untuk melayani dengan mengikuti (atau bahkan mendirikan) komunitas-komunitas Gereja: Putra Altar, Putri Sakristi, Orang Muda Katolik/OMK, dan sebagainya. Dengan ini, kita dapat lebih merasakan cinta kasih Kristus dan memahami betapa indahnya hidup bersama-Nya.
Iman kita tidak terbengkalai sia-sia. Dengan mengatakan “Ma, Pa, ayo ke gereja. Jangan terlambat ya, aku tugas Putra Altar”, entah sadar atau tidak, Allah mengetuk hati kita. Allah berkehendak agar kita selalu memiliki antusias untuk memuji dan memuliakan nama-Nya.
Lagipula, mengikuti kegiatan Putra Altar/Putri Sakristi tidak selalu harus berada di altar, bukan? Tumbuhnya iman dalam diri kita orang muda bisa saja muncul ketika mau memilih mengisi waktu liburan dengan mengikuti ret-ret, camping, kegiatan rohani lainnya, atau ketika mengikuti kegiatan olahraga (futsal, misalnya) sekalipun. Secara jujur, nyata, dan mudah, inilah salah satu yang membuat kita semakin bersemangat untuk aktif dalam kegiatan Menggereja.
Terakhir, terima kasih kepada PAPS St. Laurensius Serpong, yang membuat saya semakin bergairah dalam menumbuhkan tanggapan saya akan rahmat panggilan-Nya. Dengan mengikuti kegiatan melayani sebagai Putra Altar, saya semakin mengenal Kristus dan menjadi semakin mengerti betapa saya harus dengan tulus mencintai-Nya, Sumber Kasih Satu-satunya. Melalui komunitas inilah titik panggilan saya mulai berkembang. Apabila saya memiliki kesalahan dalam berkata maupun berperilaku, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Saya hanya dapat memohon doa dan dukungan dari teman-teman, agar saya tetap kuat dalam menapaki jalan hidup yang sudah saya pilih ini. Semoga apa yang saya persembahkan, sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Tiada lain tiada bukan, saya tidak lebih dari pendosa yang sedang bermimpi menggapai wajah-Nya.
Mertoyudan, 9 Januari 2017
Pada Pesta Pembaptisan Tuhan
Andika Suryaputra
Seminaris
Seminari St. Petrus Canisius Mertoyudan, Magelang
Berani menjawab panggilan-Nya merupakan bukti nyata tanggung jawab setiap orang beriman. Panggilan yang perlu kita kenali ini tidak harus berupa seperti yang dialami Samuel kecil yang secara langsung dipanggil oleh Allah sebanyak tiga kali. Kita tidak perlu menggambarkan panggilan Allah baru apabila kita mendengar suara bisikan yang memanggil nama kita ketika tertidur dan bermimpi. Allah memanggil kita secara lembut, menjelma dalam batin, dan bahkan ketika kita menjalani hidup sehari-hari. Lebih istimewa lagi, Ia berbicara sesuai dengan kemampuan pada usia kita masing-masing. Sederhana namun mengena.
Bukan persoalan apabila kita ditempatkan oleh Allah di tempat yang unik (yang mungkin pada awalnya belum tentu kita kehendaki). Entah mengapa saya begitu yakin bahwa Allah selalu mengetahui apa yang paling baik untuk kita. Bukan menjadi persoalan pula apabila rencana-rencana yang telah kita buat dengan begitu matang dan penuh pertimbangan tidak terwujud sesuai dengan harapan atau mimpi kita. Sebab, percayalah, Allah tidak habis-habisnya mempunyai jalan yang terbaik bagi kita!
Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa panggilan (khususnya untuk menjadi imam) adalah rahmat sekaligus misteri. Dikatakan rahmat karena Allah dengan istimewa memanggil dan memilih kita secara cuma-cuma. Betapa murah hatinya Allah! Maka, apakah patut apabila kita masih takut untuk menjawab panggilan-Nya? Apakah layak apabila kita masih memiliki mimpi yang menjauhkan kita dari panggilan-Nya?
Misteri, begitu dikatakan pula, karena tidak seorangpun dapat menjelaskannya dengan sangat logis, sangat memuaskan dan dengan tingkat kebenaran yang absolut/mutlak sehingga masih perlu untuk didalami. Akan tetapi, kita, sesuai tahapan usia yang kita jalani, dapat mengenalinya perlahan-lahan dalam kehidupan sehari-hari. Begitulah istimewanya! Tentu akan lebih mudah apabila kita mempunyai relasi kasih yang semakin dekat dengan Allah sendiri, Yang Maha Pengasih.
Pada awalnya, melayani orang lain dengan cara yang khusus hanya merupakan mimpi bagi saya. Mimpi untuk mengabdi Kristus selalu bergelora dengan tersembunyi dalam diri. Maka, salahkah kita mempunyai mimpi (untuk menggapai bintang sekalipun)?
Mimpi ini menghantarkan saya untuk berani memutuskan jalan hidup baru. Pada tahun 2014, saya menginjakkan kaki pertama kali di kawah candradimuka, bumi Mertoyudan. Adanya keputusan bahwa saya berhak “diterima” di sekolah calon imam ini bukan semata-mata karena kemampuan saya, melainkan terutama karena pilihan jalan inilah yang telah Allah kehendaki. Allah menaruh kita di tempat yang dipilih-Nya, dan dengan itu kita diharapkan dapat menabur benih kemuliaan-Nya dengan lebih giat. Maka dari itu, benar bahwa untuk mengabdi Kristus, tidak perlu menunggu atau “mengharuskan diri” masuk ke sekolah calon imam terlebih dahulu. Di tempat kalian berada, di situlah terdapat anugerah Allah yang terbesar. Praktis, kesempatan untuk melayani Allah tetap terbuka lebar! Lagi, betapa beruntungnya kita!
Akan tetapi, ingatlah bahwa di antara kita, Allah telah memilih.
Saya sungguh merasa bahwa dengan memasuki sekolah calon imam, saya mendapatkan banyak sekali nilai baru yang patut untuk disyukuri dan sungguh sayang untuk dilupakan (dengan menulis refleksi setiap malam, semua terangkum dengan rapi dan dapat dimaknai sewaktu-waktu. Suatu peristiwa tidak hilang dan terlewat begitu saja!). Betul apabila banyak orang berpendapat, bahwa dengan masuk seminari – yang notabene juga adalah asrama, berarti seseorang pasti akan mengalami kekurangan dan kehilangan berbagai hal yang menyenangkan. Akan tetapi, justru karena kekurangan dan kehilangan inilah saya mendapatkan sesuatu. Bangun setiap hari ketika matahari masih malu untuk menampakkan dirinya (baca: pukul 04.45), merayakan Ekaristi setiap pagi ketika banyak orang sibuk mempersiapkan diri atau masih terlelap dalam tidur (baca: pukul 05.30), menulis refleksi harian setiap malam ketika orang sudah lelah menjalani aktivitas sepanjang hari itu (baca: pukul 22.30), adalah sebagian kecil contoh rutinitas yang secara jujur begitu membentuk pribadi saya.
Mungkin saya belum begitu bisa menghargai nilai kemurnian dalam persaudaraan sebaya apabila masih selalu senang memegang gadget. Justru ketika tiada gadget (seminari mempunyai aturan tidak boleh membawa dan menggunakan handphone), pertemuan dengan orang lain terasa lebih bermakna dan bernilai. Saya menjadi lebih mengenal diri saya dan belajar memahami diri teman-teman saya. Saya dapat lebih berani mengekspresikan diri apa adanya tanpa mengecualikan dukungan dan saran banyak orang di sekeliling saya. Murni, asli, dan mengesan.
Waktu luang pun sangat terbatas. Dahulu saya bisa mengatur diri dengan bebas: kapan mau makan, belajar (juga sampai larut malam), bermain, dan beristirahat; bahkan kapan saya mau belajar sambil bermain, makan sambil belajar, dan belajar sambil bermain. Sekarang, segalanya teratur dengan waktu. Dengan kata lain, saya tidak boleh makan atau beristirahat pada jam belajar (baca: studi), nyambi belajar pada waktunya menyantap hidangan makanan di refter (refter merupakan kependekan dari istilah bahasa Latin untuk menamakan ruang makan: refectorium), dan belajar hingga larut malam karena sudah harus tidur di dormit (dormit merupakan singkatan kata untuk menamakan ruang tidur: dormitorium, juga dari istilah Latin). Saya belajar fokus. Saya belajar untuk melawan godaan melakukan satu-dua hal yang kurang penting walau menyenangkan dengan beraskese (mengerasi diri). Lagi-lagi, inilah yang secara konkret membentuk diri saya.
Pilihan selalu ada. Mengalami masa formatio di seminari betul-betul mengajarkan saya untuk berani memilih: ketika tugas-tugas, baik sekolah maupun asrama menumpuk (mis: membuat presentasi, menyelesaikan sebuah tulisan, dan menghafal vocab bahasa Inggris, Latin, dan Jawa) sedangkan cucian juga sedang menumpuk dan belum membuat buku keuangan, saya harus dengan jeli dan tekun memilih apa yang akan saya lakukan pada waktu luang (di seminari, lebih dikenal dengan istilah bahasa Latin: tempus liberum – kerap disingkat menjadi TL, yang artinya waktu bebas); merencanakan apa yang ingin saya lakukan ketika ada kesempatan mengecap dan menjelajah dunia luar seminari (kesempatan ini dinamakan ambulasi, berasal dari kata Latin: ambulare, yang berarti berjalan-jalan) yang hanya sebanyak dua jam tiap minggu; dan berbagai bentuk pertimbangan lainnya. Secara otomatis saya belajar untuk memilih dan mendahulukan sesuatu yang penting. Praktis, dampaknya adalah sikap mengembangkan diri dengan disiplin terhadap waktu terus terbangun.
Ketika bosan, mungkin hanya buku-buku yang menjadi sarana “pelarian”. Budaya membaca terbentuk dengan adanya waktu dan kesempatan yang sangat luas untuk membaca, baik di kelas, perpustakaan, ataupun ruang rekreasi sekalipun. Mulai masuk seminari, saya baru memahami betapa serunya berpikir dan menulis sejak terbentuk habitus membaca. Saya menjadi selalu tergoda untuk melahap bermacam jenis buku.
Pada akhirnya, demikian hanyalah serpihan-serpihan kecil hingga saya bisa mengatakan bahwa tempat pendidikan calon imam merupakan tempat yang sungguh berarti bagi saya. Sekali lagi, Allah menaruh kita di tempat di mana kita dapat menghasilkan buah yang berlimpah bagi kerajaan-Nya.
Mimpi untuk melayani tidak akan berakhir. Tidak bisa ditolak bahwa kecintaan saya akan panggilan salah satunya tumbuh dari pelayanan saya sebagai misdinar di paroki. Saya mulai mencintai dan bermimpi untuk melayani, demi Allah dengan membantu Imam baik dalam perayaan Ekaristi maupun di luar Ekaristi.
Sungguh bersyukur kita, kaum muda yang memiliki iman akan Kristus, memiliki kesempatan untuk melayani dengan mengikuti (atau bahkan mendirikan) komunitas-komunitas Gereja: Putra Altar, Putri Sakristi, Orang Muda Katolik/OMK, dan sebagainya. Dengan ini, kita dapat lebih merasakan cinta kasih Kristus dan memahami betapa indahnya hidup bersama-Nya.
Iman kita tidak terbengkalai sia-sia. Dengan mengatakan “Ma, Pa, ayo ke gereja. Jangan terlambat ya, aku tugas Putra Altar”, entah sadar atau tidak, Allah mengetuk hati kita. Allah berkehendak agar kita selalu memiliki antusias untuk memuji dan memuliakan nama-Nya.
Lagipula, mengikuti kegiatan Putra Altar/Putri Sakristi tidak selalu harus berada di altar, bukan? Tumbuhnya iman dalam diri kita orang muda bisa saja muncul ketika mau memilih mengisi waktu liburan dengan mengikuti ret-ret, camping, kegiatan rohani lainnya, atau ketika mengikuti kegiatan olahraga (futsal, misalnya) sekalipun. Secara jujur, nyata, dan mudah, inilah salah satu yang membuat kita semakin bersemangat untuk aktif dalam kegiatan Menggereja.
Terakhir, terima kasih kepada PAPS St. Laurensius Serpong, yang membuat saya semakin bergairah dalam menumbuhkan tanggapan saya akan rahmat panggilan-Nya. Dengan mengikuti kegiatan melayani sebagai Putra Altar, saya semakin mengenal Kristus dan menjadi semakin mengerti betapa saya harus dengan tulus mencintai-Nya, Sumber Kasih Satu-satunya. Melalui komunitas inilah titik panggilan saya mulai berkembang. Apabila saya memiliki kesalahan dalam berkata maupun berperilaku, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Saya hanya dapat memohon doa dan dukungan dari teman-teman, agar saya tetap kuat dalam menapaki jalan hidup yang sudah saya pilih ini. Semoga apa yang saya persembahkan, sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Tiada lain tiada bukan, saya tidak lebih dari pendosa yang sedang bermimpi menggapai wajah-Nya.
Mertoyudan, 9 Januari 2017
Pada Pesta Pembaptisan Tuhan
Andika Suryaputra
Seminaris
Seminari St. Petrus Canisius Mertoyudan, Magelang
Sekilas tentang
Puteri Sakristi Paroki Santo Laurensius
oleh Vania Clarensia
Puteri Sakristi adalah suatu perkumpulan remaja perempuan yang bertugas dalam pelayanan liturgi. Lain dengan Putra Altar yang bertugas melayani altar saat misa berlangsung, Putri Sakristi bisa dikatakan bertugas “dibelakang layar”. Mereka bertugas melayani altar sebelum dan sesudah misa. Sebelum misa, mereka bertugas untuk mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk terselenggaranya Ekaristi, seperti mempersiapkan alat-alat liturgi dan kebutuhan yang digunakan untuk persembahan (seperti mempersiapkan hosti, sibori, piala, anggur dan air, dll), dan buku-buku yang diperlukan (buku bacaan, buku misa, Tata Perayaan Ekaristi, dll),dan membantu pastur dengan mempersiapkan Kasula (baju yang digunakan pastur saat misa). Sesudah misa, puteri sakristi bertugas untuk merapikan/membereskan alat-alat liturgi dan buku yang sudah dipakai untuk dikembalikan ke sakristi.
Puteri Sakristi bertugas menggunakan system jadwal sehingga setiap puteri sakristi mendapat giliran untuk bertugas. Selain bertugas dalam melayani gereja, Putri Sakristi juga memiliki banyak kegiatan kebersamaan yang bergabung dan bekerjasama dengan Putra Altar, yang di sebut (Putra Altar Putri Sakristi). Kegiatan yang dilakukan oleh PAPS tersebut bukan hanya bertugas sesuai jadwal, namun ada juga kegiatan yang bermanfaat untuk pengembangan diri dan iman seperti PAPS Enterpreneurship (berjualan untuk pencarian dana), kegiatan tahunan seperti Live In, Camping, Retret, dan masih banyak kegiatan lainnya.
Putri Sakristi di St. Laurensius sekarang sudah mencapai 5 angkatan, dengan jumlah PutriS akristi yang aktif bertugas sebanyak 107. Sebenarnya masih banyak jumlahnya namun saat ini mereka sudah memasuki perguruan tinggi, sehingga sudah tidak dapat aktif bertugas lagi.
Syarat masuk Putri Sakristi:
- Usia minimal kelas 1 SMP
- Sudah dibaptis
- Sudah menerima KomuniPertama
- Bertanggungjawab dan berkomitmen dalam menjalankan tugas pelayanan
Puteri Sakristi bertugas menggunakan system jadwal sehingga setiap puteri sakristi mendapat giliran untuk bertugas. Selain bertugas dalam melayani gereja, Putri Sakristi juga memiliki banyak kegiatan kebersamaan yang bergabung dan bekerjasama dengan Putra Altar, yang di sebut (Putra Altar Putri Sakristi). Kegiatan yang dilakukan oleh PAPS tersebut bukan hanya bertugas sesuai jadwal, namun ada juga kegiatan yang bermanfaat untuk pengembangan diri dan iman seperti PAPS Enterpreneurship (berjualan untuk pencarian dana), kegiatan tahunan seperti Live In, Camping, Retret, dan masih banyak kegiatan lainnya.
Putri Sakristi di St. Laurensius sekarang sudah mencapai 5 angkatan, dengan jumlah PutriS akristi yang aktif bertugas sebanyak 107. Sebenarnya masih banyak jumlahnya namun saat ini mereka sudah memasuki perguruan tinggi, sehingga sudah tidak dapat aktif bertugas lagi.
Syarat masuk Putri Sakristi:
- Usia minimal kelas 1 SMP
- Sudah dibaptis
- Sudah menerima KomuniPertama
- Bertanggungjawab dan berkomitmen dalam menjalankan tugas pelayanan
SEKILAS PAPS - St. LAURENSIUS:

Kelompok PAPS Santo Laurensius adalah kelompok putera altar dan puteri sakristi yang bertugas sebagai pelayan altar di gereja Santo Laurensius, Alam Sutera. Kelompok ini memiliki semboyan “ BERTANGGUNG JAWAB ITU MUDAH “. Sudah ada sejak tahun 2005. pada mulanya PAPS gereja Santo Laurensius berasal dari Paroki Santa Monika BSD. Namun seiring dengan pembangungan gereja Santo Laurensius, maka 4 orang Putra altar yaitu Fransiscus Leo Chandra, Johanes Steven ( Johan ), Bernard Rahadian, dan Evantio serta 2 orang putri sakristi yaitu Klara Melina dan Janice Widjaja dipindahtugaskan ke Santo Laurensius. Keenam PAPS inilah yang dapat dikatakan sebagai perintis berdirinya organisasi PAPS di paroki kita.
Mereka pun mulai menjalankan tugas pelayanan di gereja Santo Laurensius yang pada awal mulanya misa diadakan di gymnasium sekolah Santa Laurensia. Dikarenakan jumlah umat yang semakin bertambah, maka keenam orang ini setuju untuk membuka pendaftaran untuk menjadi putra altar dan putri sakristi baru. Tidak diduga, ternyata banyak sekali anak muda yang mendaftar masuk ke dalam kelompok ini. Setelah mendaftar, keenam orang ini pun mulai memberikan pelatihan putra altar kepada calon putra altar yang baru ini. Setelah menjalani latihan yang cukup lama, akhirnya pada tanggal 22 Juli 2007 putera altar angkatan pertama dilantik oleh Pastur Donatus Manalu,OSC. Selain itu, kelompok PAPS adalah kelompok muda – mudi pertama yang terbentuk di gereja Santo Laurensius. Dikarenakan sudah menjadi suatu organisasi, maka sangatlah wajib apabila membentuk kepengurusan yang bertujuan untuk mengurus organisasi PAPS Santo Laurensius. Dari hasil rapat, terbentuklah susunan panitia dengan ketua Johanes Steven (Johan) dan William sebagai wakil. Mereka tidak hanya bekerja berdua tapi mereka dibantu oleh sebuah tim yang bernama tim 8. Tim 8 adalah sebuah kelompok yang merupakan bagian dari kepengurusan PAPS yang beranggotakan anak – anak yang dinilai memiliki jiwa Leadership. Kedelapan orang yang terpilih tersebut adalah Rainer , Eduardus Giovanni (Ivo), Kevin Ilham Pratama, Evantio, Fransiscus Leo Chandra, William, Rosario Tobias, Bernard Rahadian. Kinerja mereka juga dibantu oleh 2 orang puteri sakristi yaitu Rani Sonia dan Klara Melina. Mulailah mereka saling bekerja sama dalam mengurus organisasi PAPS.
Setiap 2 tahun sekali, para pengurus ini selalu mengadakan pergantian ketua. Setelah Johan sebagai ketua pertama , Eduardus Giovanni (Ivo) menjabat sebagai ketua kedua. Dikarenakan Ivo akan meneruskan pendidikan ke luar kota, maka jabatan ketua diserahkan kepada Fransiscus Leo Chandra. Setelah masa jabatan Leo berakhir, Rosario Tobias pun mengambil alih posisi ketua putra altar. Pada masa jabatan Rosario Tobias inilah tim 8 baru pun terbentuk. Salah satu anggota tim 8 yaitu Al Martin menjadi ketua putra altar selanjutnya. Pada saat inilah organisasi putera altar dan puteri sakristi mulai mengadakan kegiatan seperti retret, outbond, dan live-in. Selain itu, di tahun inilah mereka membuka pendaftaran kedua untuk menjadi PAPS. Hal yang sama mereka lakukan seperti waktu mereka masuk yaitu memberikan pelatihan kepada calon PA baru angkatan kedua. 2 tahun berikutnya, Al Martin menyerahkan jabatan ketua kepada Ignasius Arie. Setelah Arie, giliran Andreas Barnas menjabat sebagai ketua. Andre pun membentuk tim 8 yang baru untuk membantunya dalam bertugas. Di masa ini, kegiatan PAPS Laurensius semakin banyak. Mereka mengadakan live-in ke daerah yang cukup jauh dari Jakarta yaitu Jogjakarta, camping di Sukabumi, kunjungan ke Seminari Wacana Bakti, kunjungan ke Museum Katedral Jakarta, dan juga turnamen futsal antar paroki di bawah penggembalaan pastor OSC di Tangerang. Kegiatan yang belum pernah ada sebelumnya. Di tahun ini pula kembali organisasi ini membuka pendaftaran PAPS yang ketiga. Di tahun ini jugalah, jumlah PAPS sangat banyak sehingga Andreas Barnas memutuskan untuk tidak membuka pendaftaran dulu tahun depan. Setelah beberapa anggota putra altar angkatan 1 dan 2 yang berhenti dengan alasan akan melanjutkan pendidikan, maka pendaftaran kembali dibuka mengingat semakin bertambahnya jumlah umat di Paroki Santo Laurensius dan jumlah misa yang ditetapkan. Tanpa diduga, jumlah anak yang mendaftar cukup banyak sehingga terbagi dalam dua angakatan yaitu angkatan 3 dan 4.
Pada tahun 2014 ini, baru saja Andreas Barnas menyerahkan tanggung jawab ketua kepada Ferdinand Aldi Ibrahim dan juga di tahun ini putra altar angkatan 4 baru saja dilantik pada tanggal 19 Oktober 2014
Dengan masuknya PA angkatan 4 dan PS angkatan 5, maka jumlah PAPS Santo Laurensius saat ini terdaftar ada sebanyak 180 orang anggota aktif dari beberapa angkatan 2 hingga angkatan 4 dan sekitar 60 orang sudah menjadi alumni. Saat ini,dibawah pimpinan ketua putra altar - yaitu Ferdinand Aldi Ibrahim dan ketua PS Ancilla Betaria Tirtana yang baru saja menggantikan Silviani Aprilia - akan banyak pula kegiatan yang akan mereka jalankan di tahun berikutnya. Di tahun ini, mereka sudah berhasil menjalankan program pertama yaitu lari pagi bersama. Menarik bagi kita semua untuk menunggu program dan kegiatan apa lagi yang akan dilaksanakan PAPS Laurensius di tahun depan.
Itu sekilas tentang sejarah PAPS Santo Laurensius. Semoga apa yang saya tulis disini bisa berguna bagi kalian dan angkatan – angkatan selanjutnya dalam mengenal awal mula terbentuknya organisasi ini. Selain itu, diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi angkatan – angkatan selanjutnya bahwa organisasi ini sudah berdiri cukup lama dan sangat dikenal di kalangan umat Santo Laurensius. Karena itu, sangat layak bagi kita semua untuk terus mempertahankan dan menjaga nama dan citra yang baik di mata umat paroki lain khususnya Paroki Santo Laurensius.
Setiap 2 tahun sekali, para pengurus ini selalu mengadakan pergantian ketua. Setelah Johan sebagai ketua pertama , Eduardus Giovanni (Ivo) menjabat sebagai ketua kedua. Dikarenakan Ivo akan meneruskan pendidikan ke luar kota, maka jabatan ketua diserahkan kepada Fransiscus Leo Chandra. Setelah masa jabatan Leo berakhir, Rosario Tobias pun mengambil alih posisi ketua putra altar. Pada masa jabatan Rosario Tobias inilah tim 8 baru pun terbentuk. Salah satu anggota tim 8 yaitu Al Martin menjadi ketua putra altar selanjutnya. Pada saat inilah organisasi putera altar dan puteri sakristi mulai mengadakan kegiatan seperti retret, outbond, dan live-in. Selain itu, di tahun inilah mereka membuka pendaftaran kedua untuk menjadi PAPS. Hal yang sama mereka lakukan seperti waktu mereka masuk yaitu memberikan pelatihan kepada calon PA baru angkatan kedua. 2 tahun berikutnya, Al Martin menyerahkan jabatan ketua kepada Ignasius Arie. Setelah Arie, giliran Andreas Barnas menjabat sebagai ketua. Andre pun membentuk tim 8 yang baru untuk membantunya dalam bertugas. Di masa ini, kegiatan PAPS Laurensius semakin banyak. Mereka mengadakan live-in ke daerah yang cukup jauh dari Jakarta yaitu Jogjakarta, camping di Sukabumi, kunjungan ke Seminari Wacana Bakti, kunjungan ke Museum Katedral Jakarta, dan juga turnamen futsal antar paroki di bawah penggembalaan pastor OSC di Tangerang. Kegiatan yang belum pernah ada sebelumnya. Di tahun ini pula kembali organisasi ini membuka pendaftaran PAPS yang ketiga. Di tahun ini jugalah, jumlah PAPS sangat banyak sehingga Andreas Barnas memutuskan untuk tidak membuka pendaftaran dulu tahun depan. Setelah beberapa anggota putra altar angkatan 1 dan 2 yang berhenti dengan alasan akan melanjutkan pendidikan, maka pendaftaran kembali dibuka mengingat semakin bertambahnya jumlah umat di Paroki Santo Laurensius dan jumlah misa yang ditetapkan. Tanpa diduga, jumlah anak yang mendaftar cukup banyak sehingga terbagi dalam dua angakatan yaitu angkatan 3 dan 4.
Pada tahun 2014 ini, baru saja Andreas Barnas menyerahkan tanggung jawab ketua kepada Ferdinand Aldi Ibrahim dan juga di tahun ini putra altar angkatan 4 baru saja dilantik pada tanggal 19 Oktober 2014
Dengan masuknya PA angkatan 4 dan PS angkatan 5, maka jumlah PAPS Santo Laurensius saat ini terdaftar ada sebanyak 180 orang anggota aktif dari beberapa angkatan 2 hingga angkatan 4 dan sekitar 60 orang sudah menjadi alumni. Saat ini,dibawah pimpinan ketua putra altar - yaitu Ferdinand Aldi Ibrahim dan ketua PS Ancilla Betaria Tirtana yang baru saja menggantikan Silviani Aprilia - akan banyak pula kegiatan yang akan mereka jalankan di tahun berikutnya. Di tahun ini, mereka sudah berhasil menjalankan program pertama yaitu lari pagi bersama. Menarik bagi kita semua untuk menunggu program dan kegiatan apa lagi yang akan dilaksanakan PAPS Laurensius di tahun depan.
Itu sekilas tentang sejarah PAPS Santo Laurensius. Semoga apa yang saya tulis disini bisa berguna bagi kalian dan angkatan – angkatan selanjutnya dalam mengenal awal mula terbentuknya organisasi ini. Selain itu, diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi angkatan – angkatan selanjutnya bahwa organisasi ini sudah berdiri cukup lama dan sangat dikenal di kalangan umat Santo Laurensius. Karena itu, sangat layak bagi kita semua untuk terus mempertahankan dan menjaga nama dan citra yang baik di mata umat paroki lain khususnya Paroki Santo Laurensius.
PERJALANAN PUTRA ALTAR DAN PUTRI SAKRISTI
Paroki Santo Laurensius
Seperti dikisahkan oleh Ruth Solaiman - Pelopor Pendamping PAPS St. Laurensius
Peletakan Batu Pertama,
Petugas putra altar adalah putra Altar St Monika yaitu Ivan dan Rinus.
Misa perdana di Gymnasium Sekolah Santa Laurensia (2 Oct 2005)
Putra Altar adalah
· Fransiskus Leo Chandra, Evan Tio ( dua orang putra altar yang sudah dilantik dari Monika)
· Johan dan Bernard (2 orang putra altar yang belum dilantik di St Monika dan setia berjanji menunggu pelantikan di Stasi Laurensius)
Keempat orang ini adalah pionir utama dari putra altar stasi sto.Laurensius
Sedangkan Pioner PS adalah Clara Melina (sudah dilantik di Monika) dan
Janice (belum dilantik di Monica). Merekalah yang bertugas bergantian dengan didampingi pendamping PA-PS
Berhubung sejak tangal 2 Oct 2005 telah ada misa rutin satu minggu satu kali pukul 07:00 pagi, maka mau tidak mau harus mencari putra altar. Untuk itu pencarian dilakukan dengan memasukkan pengumuman di sekolah St Laurensia dan melalui lingkungan.
Dimulailah perjalanan putra Altar angkatan pertama yaitu 30 orang baru
Misa Natal pertama di Gymansium adalah 24 dan 25 Dec 2005, dengan Petugas putra Altar yang didapat dengan cara “door to door” meminta bantuan para remaja yang pernah menjadi putra altar di paroki lain untuk membantu keempat pioneer ini dan didapatlah 1 orang.
Awal pelatihan dilakukan oleh Kak Ebit,Kak Rinus dan Kak Ivan dari St Monika dan yang paling berjasa untuk itu ini adalah Kak Ebit.
Dengan berjalannya waktu, Kak Yugo datang membantu sehingga stasi Laurensius dapat mandiri dalam melatih anak-anak Putra Altar.
Proses pelatihan dan pendampingan Putra Altar baru cukup lama mulai dari January 2005 sd July 2007.
Pelantikan Putra Altar Angkatan pertama yaitu tanggal 22 July 2007 yang dilantik dalam Misa Pagi bersama umat oleh Romo Donatus Manulu, Osc. Jumlah dan foto anak-2 yang dilantik dapat dilihat pada lampiran
Berikutnya penerimaan dan pembentukan putra Altar angkatan -2 dimulai dari Oktober 2008 dan sudah langsung ditangani oleh para putra latar angkatan-1
Kepengurusan Putra Altar:
Ketua Putra Altar dipilih dengan jalan ditunjuk oleh Romo Donatus pada saat pertemuan, sehingga didapatlah susunan pengurus pertama:
Putra Altar:
Putri Sakristi:
Sebenarnya kepengurusan ini dapat dikatakan tidak berjalan, karena mereka semua masih baru dan pendamping juga sedang mencari bentuk suatu organisasi putra altar (maklum para pendamping memang semuanya sangat awam dibidang ini).
Dengan berjalannya waktu maka pada bulan Agustus 2008 terbentuklah TIM 8 yang dipilih berdasarkan kriteria sbb:
Tim 8 yang terpilih adalah
Tim 8 inilah yang membantu pendamping untuk mulai membuat program kerja tahun 2009 (cat: program kerja yang dibuat pertama kali oleh mereka)
Akhirnya pada tanggal 25 Januari 2009 terbentuklah susunan pengurus baru yaitu: (periode 1 Feb 2009 sd 31 Jan 2011)
Sedangkan untuk PS adalah sbb:
Petugas putra altar adalah putra Altar St Monika yaitu Ivan dan Rinus.
Misa perdana di Gymnasium Sekolah Santa Laurensia (2 Oct 2005)
Putra Altar adalah
· Fransiskus Leo Chandra, Evan Tio ( dua orang putra altar yang sudah dilantik dari Monika)
· Johan dan Bernard (2 orang putra altar yang belum dilantik di St Monika dan setia berjanji menunggu pelantikan di Stasi Laurensius)
Keempat orang ini adalah pionir utama dari putra altar stasi sto.Laurensius
Sedangkan Pioner PS adalah Clara Melina (sudah dilantik di Monika) dan
Janice (belum dilantik di Monica). Merekalah yang bertugas bergantian dengan didampingi pendamping PA-PS
Berhubung sejak tangal 2 Oct 2005 telah ada misa rutin satu minggu satu kali pukul 07:00 pagi, maka mau tidak mau harus mencari putra altar. Untuk itu pencarian dilakukan dengan memasukkan pengumuman di sekolah St Laurensia dan melalui lingkungan.
Dimulailah perjalanan putra Altar angkatan pertama yaitu 30 orang baru
Misa Natal pertama di Gymansium adalah 24 dan 25 Dec 2005, dengan Petugas putra Altar yang didapat dengan cara “door to door” meminta bantuan para remaja yang pernah menjadi putra altar di paroki lain untuk membantu keempat pioneer ini dan didapatlah 1 orang.
Awal pelatihan dilakukan oleh Kak Ebit,Kak Rinus dan Kak Ivan dari St Monika dan yang paling berjasa untuk itu ini adalah Kak Ebit.
Dengan berjalannya waktu, Kak Yugo datang membantu sehingga stasi Laurensius dapat mandiri dalam melatih anak-anak Putra Altar.
Proses pelatihan dan pendampingan Putra Altar baru cukup lama mulai dari January 2005 sd July 2007.
Pelantikan Putra Altar Angkatan pertama yaitu tanggal 22 July 2007 yang dilantik dalam Misa Pagi bersama umat oleh Romo Donatus Manulu, Osc. Jumlah dan foto anak-2 yang dilantik dapat dilihat pada lampiran
Berikutnya penerimaan dan pembentukan putra Altar angkatan -2 dimulai dari Oktober 2008 dan sudah langsung ditangani oleh para putra latar angkatan-1
Kepengurusan Putra Altar:
Ketua Putra Altar dipilih dengan jalan ditunjuk oleh Romo Donatus pada saat pertemuan, sehingga didapatlah susunan pengurus pertama:
Putra Altar:
- Ketua: Johan (belum dilantik, salah satu pioneer)
- Wakil Ketua: William (sudah dilantik dari St Monika)
Putri Sakristi:
- Ketua: Jocheline
- Akhirnya diganti dengan Rani Sonia karena Jocheline pindah rumah ke lokasi bukan diarea Stasi St Laurensius.
Sebenarnya kepengurusan ini dapat dikatakan tidak berjalan, karena mereka semua masih baru dan pendamping juga sedang mencari bentuk suatu organisasi putra altar (maklum para pendamping memang semuanya sangat awam dibidang ini).
Dengan berjalannya waktu maka pada bulan Agustus 2008 terbentuklah TIM 8 yang dipilih berdasarkan kriteria sbb:
- Menguasai Tata gerak PA
- Mempunyai bakat leadership mampu memimpin
Tim 8 yang terpilih adalah
- William
- Reiner
- Giovani Pandisurya (Ivo)
- Fransiscus Leo Chandra (Leo)
- Evan Tio
- Kevin IP
- Bernard
- Rosario Tobias (Ocha)
Tim 8 inilah yang membantu pendamping untuk mulai membuat program kerja tahun 2009 (cat: program kerja yang dibuat pertama kali oleh mereka)
Akhirnya pada tanggal 25 Januari 2009 terbentuklah susunan pengurus baru yaitu: (periode 1 Feb 2009 sd 31 Jan 2011)
- Ketua : Giovani Pandisurya
- Wakil Ketua: Fransiscus Leo Chandra
- Sekretaris-1: Bernard
- Sekretaris-2: Alvin Wijaya
- Bendahara-1: Rosario Tobias (Ocha)
- Bendahara-2: Hans
- Sie Humas: Al Martin dan Nelson Gosal
- Sie Perlengkapan: Ryan Christian dan Arie
Sedangkan untuk PS adalah sbb:
- Ketua : Rani Sonia
- Wakil Ketua: Clara Melina
- Sekretaris: Audesia Alvinita
- Bendahara: Christina
- Sie Humas: Janice
- Sie Perlengkapan: Maria